“Afika..!!”
, ” Iya..?”
“Ada
yang baru nih..!”, “ APA..?”
“Pakai
ini dulu yah!!”, dst
Siapa
yang tidak mengenal potongan percakapan di atas. Kepopuleran iklan Oreo ini
bahkan membuat banyak orang dapat mengulang percakapan yang dilakukan oleh dua
orang anak perempuan dalam iklan tersebut. Oreo, salah satu produk Nabisco yang
iklan terbarunya tersebut ditayangkan sejak awal 2012 benar-benar berhasil mengundang banyak mata
untuk menyaksikan, bahkan membicarakan iklan tersebut. Faktor paling dominan
yang mempegaruhi iklan ini adalah source iklan tersebut, yaitu Afika. Tidak
peduli anak kecil yang menjadi segmen masyarakat sasaran penjualan oreo
tersebut, maupun remaja dan orang tua yang ikut menyaksikan dan membicarakan
iklan ini lewat berbagai media yang ada. Saya akan menganalisis kesuksesan
iklan ini dari segi “source characteristic”.
Berikut beberapa cuplikan iklan oreo tersebut:
Analisis
iklan oreo dengan teori komunikasi “Source Characteristics”
1.
Source
Attractivenes
Source dikatakan
berhasil secara umum jika mencakup dua hal berikut, yaitu:
a. Bersifat
atraktif dan mampu memberikan persuasi kepada audiens untuk menyaksikan source tersebut atau bahkan menggunakan
jasa dan membeli produk yang ditawarkan oleh source.
b. Source berhasil mengidentifikasi
audiens. Pengidentifikasiannya dapat berupa kegiatan yang dilakukan source di depan audiens, menghadirkan
sesuatu yang dibutuhkan atau diinginkan oleh audiens lewat diri source itu sendiri.
Iklan oreo ini sangat atraktif dan berhasil memberikan
persuasi kepada masyarakat untuk lebih mengenal produk ini lagi. Ia menggunakan
artis cilik yang imut dan telah memiliki kredibilitas (akan dibahas berikutnya)
dalam iklan tersebut. Hal ini sesuai dengan segmen pasar yang dituju oleh Oreo
yaitu anak-anak. Cara komunikasi yang terkesan imut dan menggemaskan tersebut
juga benar-benar mengundang perhatian masyarakat.
Selain itu,iklan ini juga berhasil mengidentifikasi
audiensnya lewat seorang gadis kecil yang imut (dimana kebanyakan anak
cenderung ingin menjadi seperti itu) yaitu dengan menggunakan advertising
berupa Slice of Life. Advertising Slice
of life yang dimaksud adalah iklan oreo ini berhasil menstimulasi
masyarakat dalam situasi kehidupan sebenarnya (real life) dalam hal ini terkhusus anak-anak yang merupakan segmen
khusus penjualan produk Oreo ini. Slice
of slice advertising ini terlihat dalam gambar, dimana Afika yang sedang
belajar di rumah (seperti kegiatan anak kecil pada umumnya), kemudian diajak
bermain oleh temannya.
Bukti keatraktifan lain dari iklan oreo ini adalah banyaknya
masyarakat yang sampai mampu mengulang dan menggunakan percakapan “Afika” ini
dalam percakapannya sehari-hari. Bahkan lebih dalam lagi, banyak orang yang
membuat dan mengabadikan iklan Oreo versi mereka sendiri. Mereka memerankan kembali
iklan ini layaknya parodi dan kemudian membuat dokumentasi dan mengunggahnya ke
berbagai situs internet, seperti youtube.
Salah satunya dapat anda lihat di laman http://www.youtube.com/watch?v=q_hCu3-PnM4
. Keatraktifan iklan ini bukan hanya berhasil mengiklankan produk oreonya saja,
bahkan juga berhasil ‘menjual’ sosok Afika itu sendiri.
2. Source Credibility
Source dinyatakan
memiliki kredibilitas jika ia mampu membuat audiens merasa nyaman, nyaman baik
secara fisik ataupun nyaman dalam mendengarkan source tersebut memberikan persuasi, menampilkan keahliannya, atau
bahkan nyaman dalam menerima opini objektif yang disampaikan oleh source tersebut. Kredibilitas ini dapat
berupa Institusional trust, Character-based trust, dan Process-based
trust. Hal lain yang mempengaruhi kredibilitas adalah trust dan expertise.
Dalam iklan oreo ini, source
yang digunakan merupakan source yang telah memiliki kredibilitas berdasarkan kualifikasi yang telah diberikan oleh
institusi tertentu, kredibilitas ini kerap disebut sebagai Institusional Trust. Afika
yang diperankan oleh gadis yang bernama lengkap Amanina Afiqah Ibrahim ini
merupakan Juara 1 Bebestar (Bebelac Star) 2011.
Selain itu Afika sebagi source dalam iklan ini juga memiliki
source
expertise, ia adalah seorang gadis kecil yang mampu berkomunikasi
dengan baik sesuai usianya sehingga akan menjadi sesuatu yang dapat menarik
anak-anak untuk menyaksikannya, apa yang disampaikannya secara sederhana
layaknya anak-anak juga akan tersampaikan secara jelas kepada audiensnya.
Namun
beberapa hal baik yang telah disampaikan di atas belum dapat memastikan bahwa
iklan tersebut tidak memiliki kelemahan . Bukan berarti jika suatu iklan telah
menggunakan source yang memiliki
kredibilitas dan mampu menyampaikan pesannya dengan baik, iklan tersebut
dipastikan bebas dari adanya Noise. Noise bukan hanya diakibatkan oleh kurangnya kredibilitas atau
ketidakjelasan informasi. Apa saja yang dapat menghambat proses transmisi dan
penerimaan pesan dari source kepada
audiens dapat dianggap sebagai suatu Noise. Berbagai bentuk noise yang dapat
muncul dalam suatu iklan misalnya Spoiler
Campaign, Brand Confusion, Vampire Creativity, Repetition, Decay, Wearout,
Transformational, Selective attention. Berikut saya jelaskan satu per satu
:
1.
Spoiler
Campaign
Ada pesan atau informasi lain yang dibuat secara sengaja
untuk menyaingi, membuat konflik, atau bahkan merendahkan pesan terkait produk (dalam hal ini oreo) yang
disampaikan oleh sourcenya. Ketenaran
iklan Oreo dengan bintang Afika ini memang menjadi perhatian bagi banyak pihak.
Namun, ada beberapa pihak yang malah mengubah pesan ini sesuai keinginan mereka
sendiri (memplesetkan) dengan berbagai motivasi dimana kebanyakan menjadikannya
lelucon konyol. Di internet ada banyak sekali komik Percakapan iklan oreo yang
dikaitkan dengan tokoh-tokoh lain misalnya : Presiden SBY. Selain itu, juga ada spoiler
campaign yang dibuat dalam berbagai acara televisi, biasanya talkshow comedy. Contohnya: Acara pas
mantap dengan host Sule yang kerap kali memplesetkan pesan iklan oreo ini.
Selain spoiler campaign di atas, juga
ada banyak opera afika yang didownload oleh berbagai masyarakat ke youtube. Mereka mengulang kembali iklan
ini dengan mengganti pemerannya (mereka sendiri) dan kerap mengganti pesan itu
sendiri. Bahkan, dalam beberapa situs internet saya menemukan banyak orang yang
mencari ringtone sms pada Handphone dengan percakapan Afika, dan masih ada
banyak sekali spoiler campaign iklan oreo ini baik di internet, social media, dan sebagainya.
Sebenarnya, komik dan berbagai acara talkshow comedy yang mengungkit tentang iklan oreo ini bisa saja bersifat menguntungkan bagi Oreo sendiri karena mereka mendapat tambahan bantuan promosi secara gratis oleh berbagai pihak, namun ketika pesannya kerap kali diplesetkan, dan dijadikan lelucon yang berlebihan maka dapat mengubah anggapan masyarakat terhada oreo sendiri. Bahkan ada beberapa penyampaian yang cenderung menjelekkan oreo dalam acara talkshow dan video yang didownload ke youtube tersebut.
Bahkan menurut saya, Afika sendiri sebagai bintang iklan oreo bisa menjadi spoiler campaign bagi iklan oreo Karena berbagai pihak lebih membicarakan dan peduli terhadap “Afika”nya, daripada produk oreo itu sendiri. Sosok Afika itu malah lebih menarik perhatian masyarakat daripada produk oreonya.
Sebenarnya, komik dan berbagai acara talkshow comedy yang mengungkit tentang iklan oreo ini bisa saja bersifat menguntungkan bagi Oreo sendiri karena mereka mendapat tambahan bantuan promosi secara gratis oleh berbagai pihak, namun ketika pesannya kerap kali diplesetkan, dan dijadikan lelucon yang berlebihan maka dapat mengubah anggapan masyarakat terhada oreo sendiri. Bahkan ada beberapa penyampaian yang cenderung menjelekkan oreo dalam acara talkshow dan video yang didownload ke youtube tersebut.
Bahkan menurut saya, Afika sendiri sebagai bintang iklan oreo bisa menjadi spoiler campaign bagi iklan oreo Karena berbagai pihak lebih membicarakan dan peduli terhadap “Afika”nya, daripada produk oreo itu sendiri. Sosok Afika itu malah lebih menarik perhatian masyarakat daripada produk oreonya.
2. Brand Confusion
Adanya brand lain yang mempunyai
nama brand hampir sama serta produk yang dijual pun menyerupai sekali bahkan
nyaris sama. Misalnya : produk Ori##, dan
Rod## yang dijual di pasaran dengan produk biskuit yang bentuknya sama dan harga
yang lebih murah, bahkan kemasannya pun menyerupai dari segi warna dan bentuk.
3. Vampire Creativity
Vampire creativity ini
terjadi ketika pesannya terlalu original, terlalu kreatif, terlalu menarik,
bahkan sampai audiens lupa akan Brand
messagenya sendiri. Hal ini bisa
saja terjadi dalam iklan oreo, mengingat iklannya yang sangat “entertaining”, audiens bisa saja dibuat
lupa dengan pesan utama iklan ini yaitu menawarkan produk oreo. Justru, dalam
iklan ini penonton lebih memperhatikan bintangnya (Afika) dan cara
penyampaiannya dalam percakapan iklan tersebut (keimutannya). Bahkan berbagai
percakapan masyarakat seputar hal ini, baik di social media, acara tv, malahan dalam blog pribadi orang lebih
banyak membicarakan tentang afika daripada produk oreo itu sendiri. Berikut
suatu bukti nyata yang saya kutip dari artikel kompasiana berupa grafis
pembicaraan di Twitter yang menjelaskan
bahwa kata Afika lebih sering dibicarakan daripada Produk Oreo itu sendiri.
4. Repetition, the Decay, and Wearout
Iklan oreo ini setelah penayangan sejak pertama ditayangkan
di berbagai media TV tampak muncul berkali-kali dalam setiap channel. Setelah
beberapa minggu, iklan ini kerap ditayangkan potongannya saja lalu diulang
sampai tiga kali (tanpa selingan iklan lain). Pengulangan ini bertujuan untuk
menegaskan kembali produk oreo ke dalam ingatan (memori) audiensnya. Namun
pengulangan juga memiliki kekurangan, Iklan yang disampaikan berulang, menurut
para ahli bisa membuat para audiens menjadi bosan terhadap iklan tersebut (Fill
menyatakanya sekitar 6 minggu). Kejenuhan terhadap suatu pesan seiring waktu
diistilahkan dengan Decay. Ada pihak lain yang menyebutnya dengan Wearout/Boredom,
yaitu Konsumen jenuh dan iritasi terhadap sebuah komunikasi yang berulang. Meskipun begitu, sejak akhir 2011
iklan ini mulai dibuat, audiens masih heboh membicarakan iklan ini karena
kekreatifan iklan tersebut, serta “plesetan” yang dibentuk oleh masyarakat
sendiri membuat mereka tetap disegarkan oleh iklan tersebut.
5. Selective Attention
Kebosanan terhadap suatu iklan (Wearout) bisa membawa audiens dalam tahapan ini, dimana mereka
cenderung memilih informasi tertentu saja dalam iklan ini yang ingin mereka
dengar. Namun, masalahnya adalah masyarakat lebih memilih memberikan
perhatiannya terhadap Afika dan bukan pada produk oreo itu sendiri.
Kesimpulan dan saran
Iklan
oreo telah berhasil menarik perhatian berbagai masyarakat karena berbagai
aspek, terutama faktor source, dalam
hal ini Afika sebagai bintang iklannya. Namun, masyarakat sepertinya salah
dalam memilih informasi utama yang seharusnya mereka pilih dari iklan tersebut.
Mereka lebih memperhatikan bintangnya daripada produk oreo sendiri.
Alangkah
baiknya, jika produsen Oreo lebih mewaspadai pengalihfungsian suatu iklan,
dengan begitu masyarakat tidak lagi terkecoh dalam memilih pesan mana yang
sebenarnya menjadi poin utama dalam sebuah iklan. Perusahaan oreo tersebut
dapat memanfaatkan social media dalam mempengaruhi opini masyarakat dan
mengingatkan kembali poin utama dari pesan tersebut. Perusahaan juga harus
cermat mengikuti perkembangan animo masyarakat terkait iklan ini, jika
masyarakat sudah jenuh segera ganti iklannya dengan lebih variatif lagi.